|
gambar: pemanasan global (pixabay.com) |
Pernahkah
sobat merasa jika cuaca saat ini sulit diprediksi dan suhu semakin terasa panas
?. Hal ini terjadi lantaran bumi mengalami perubahan iklim atau biasa disebut
sebagai fenomena pemanasan global. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa Indonesia,
perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca.
Fenomena ini terjadi secara alami karena adanya variasi siklus matahari. Namun,
penyebab utama fenomena perubahan iklim yaitu aktivitas manusia yang sudah
dimulai sejak tahun 1800-an. Aktivitas-aktivitas seperti pembakaran bahan bakar
fosil, penebangan hutan, dan peternakan menimbulkan
emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilepaskan ke atmosfer. Disarikan dari perpustakaan.menlhk.go.id, emisi gas rumah kaca terdiri
dari karbon dioksida (CO2), belerang dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO),
nitrogen dioksida (NO2), gas metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC). Pelepasan
emisi gas rumah kaca ke atmosfer menimbulkan efek rumah kaca di atmosfer. Efek rumah
kaca menyebabkan paparan matahari terutama radiasi inframerah tidak bisa
terpantul keluar atmosfer karena tertahan lapisan gas rumah kaca yang menebal
dilapisan udara atas sehingga mengakibatkan suhu bumi terus meningkat. Untuk
itulah sobat, kita perlu mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca, simak uraian berikut ini ya
1. Pembakaran
batu bara, minyak, dan gas
Pembakaran batu bara, minyak dan gas
bisa menghasilkan karbon dioksida dan dinitrigen oksida. Contoh pembakaran
yaitu penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bensin, hasil dari
pembakaran ini bisa menimbulkan emisi karbon dioksida.
2. 2. Penebangan
hutan (deforestasi)
Dikutip dari situs europan commission,
pepohonan memiliki fungsi yang begitu krusial dalam menjaga iklim yaitu
menyerap CO2 dari atmosfer. Apabila pepohonan ditebang, maka karbon yang
tersimpan di pohon akan dilepaskan ke atmosfer sehingga menambah efek rumah
kaca.
3. 3. Meningkatnya
peternakan
Feses dari hewan ternak seperti sapi
dan domba dapat menghasilkan metana dalam jumlah besar.
4. 4. Pupuk
yang mengandung nitrogen
Pupuk yang mengandung nitrogen menghasilkan emisi dinitrogen oksida
5. 5. Penggunaan
gas berfluorinasi
Gas
berfluorinasi menyebabkan efek pemanasan yang sangat kuat hingga 23.000 kali lebih
besar dibandingkan karbon dioksida. Gas ini digunakan berbagai macam industri terutama elektronik contohnya yaitu sistem pendingin udara yang bisa melepaskan karbon dan fluor.
Untuk
mempertahankan iklim yang layak huni dan menghindari dampak terburuk perubahan iklim, para ilmuwan dan pemerintah di dunia menyepakati bahwa kenaikan suhu
global dibatasi tidak boleh lebih dari 1,5o C. Sebagaimana dilansir
dari situs European Comission, pemanasan global yang disebabkan oleh manusia saat
ini meningkat dengan laju 0.2o C per dekade. Tahun 2011-2020
merupakan dekade suhu terpanas dengan rata-rata global mencapai 1,1o
C diatas suhu pra industri pada tahun 2019. Berdasarkan data dari Nationals
Centers for Environmental Information, juga menunjukan bahwa pada tahun 2023
menjadi tahun terpanas sejak pencatatan global dimulai pada tahun 1850 dengan
suhu 1,18o C. Angka tersebut mungkin terlilhat kecil, namun ternyata
menyumbang dampak yang begitu luar biasa
bagi kondisi lingkungan bumi terutama kekacauan pola cuaca dan iklim.
Sebagaimana disarikan dari climate.gov, dampak peningkatan suhu tersebut
diantaranya yaitu panas ekstrem, berkurangnya tutupan salju dan es laut,
peningkatan curah hujan lebat, berubahnya habitat flora dan fauna, serta
terjadinya penyusutan dan perluasan wilayah lainnya. Apabila emisi gas rumah
kaca tidak dicegah maka suhu bumi bisa terus meningkat. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Intergovernmental Panel on Climate Chance (IPCC) dalam
situs perpustakaan.menlhk.go.id, model iklim yang dijadikan acuan menunjukan
bahwa suhu permukaan iklim global akan meningkat 1,1o - 6,4o C
antara tahun 1999 dan 2100. Oleh karena itulah, untuk mencegah perubahan iklim,
kita bisa melakukan langkah-langkah berikut ini:
- Hemat
energi listrik, beralih ke bola lampu LED, dan mengurangi penggunaan AC.
- Jalan
kaki, bersepeda, atau naik transportasi umum.
- Memperbanyak
makan sayur karena dalam proses produksi makanan nabati umumnya lebih sedikit
menghasilkan emisi gas rumah kaca dibandingkan mengolah sapi dan susu.
- Jangan
membuang-buang makanan karena dengan membuang makanan kita telah menyia-nyiakan
sumber daya dan energi yang digunakan untuk proses pembuatan makanan tersebut.
Selain itu, makanan yang dibuang akan membusuk dan bisa menghasilkan metana
serta gas rumah kaca yang kuat. Apabila ada sisa makanan kita bisa mengolahnya
menjadi pupuk kompos.
- Biasakan
3R (Reduce, Reuse, Recycle). Barang-barang baru yang kita beli bisa menyebabkan
emisi karbon disetiap produksinya mulai dari pemrosesan bahan mentah hingga
distribusi barang ke pasar. Oleh karena itulah, sebaiknya kita tidak perlu
membeli barang baru, cukup perbaiki atau membeli barang bekas.
- Memilih
produk yang ramah lingkungan
Mulai
saat ini, mari kita bersama-sama menerapkan langkah-langkah tersebut untuk
menyelamatkan bumi tercinta. Walaupun sederhana, apabila kita lakukan dengan
konsisten, maka kita sudah berpartisipasi dalam upaya mencegah pemanasan global
dan memberikan dampak baik untuk alam semesta.
Referensi:
European Commission. Cause of
Climate Change. Retrieved from European Commission:
https://climate.ec.europa.eu/climate-change/causes-climate-change_en
Perserikatan Bangsa - Bangsa
Indonesia. Apa itu Perubahan Iklim. Retrieved from Perserikatan Bangsa
- Bangsa Indonesia:
https://indonesia.un.org/id/172909-apa-itu-perubahan-iklim
National Centers for Environmental
Information. (2024, Maret 8). Annual 2023 Global Climate Report.
Retrieved from National Centers for Environmental Information:
https://www.ncei.noaa.gov/access/monitoring/monthly-report/global/202313
Kehutanan, K. L. (n.d.). Mengukur
dan Reduksi Gas Rumah Kaca. Retrieved from perpustakaan.menlhk.go.id:
http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=474#:~:text=Emisi%20gas%2Dgas%20yang%20dilepaskan,%2C%20dan%20klorofluorokarbon%20(CFC)
Lindsey, R., & Dahlman, L.
(2024, Januari 18). Climate Change: Global Temperature. Retrieved from
climate.gov:
https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-change-global-temperature