Dibalik konflik itu semua terdapat lesson learn bagi praktisi militer di seluruh penjuru dunia.
Pertama, perang Rusia VS Ukraina bisa menjadikan gambaran peperangan era modern atau modern warfare dimana pada masa ini teknologi canggih menjadi salah satu kunci kemenangan. Peperangan ini berbeda dengan peperangan yang terjadi di Timur Tengah Seperti Konfik Irak, Perang Afganistan dan Konflik di Suriah, dimana negara atau pihak yang didukung Amerika memiliki keunggulan dalam teknologi militer sedangkan pihak lain menggunakan peralatan tempur konvensional. Kita dapat menemukan di awal invasi Rusia secara hitung-hitungan di atas kertas alutsista militer Ukraina kalah jauh dengan militer Rusia. Namun setelah bantuan militer dari negara-negara NATO mengucur ke Kyiv, pertempuran menjadi lebih menarik dimana alutsista canggih seperti UAV, USV, Main Battle Tank (MBT), Multi Role Launched Rocket (MLRS), Anti Tank Grenade Missile (ATGM), Assault Rifle, Sniper Rifle, Combat Management Sytem dan Air Defence System hadir di garis depan pertempuran. Alutsista besutan Ex Blok Barat beradu dengan alutsista garapan Ex Blok Timur.
Kedua, perubahan strategi dan taktik pertempuran. Kehadiran Unmaned Aerial Vehicle (UAV) telah sedikit banyak merubah cara bertempur. 14 Tahun yang lalu pengindraan citra satelit dan pesawat pengintai menjadi andalan untuk memata-matai pergerakan lawan. Sekarang cukup menerbangkan UAV atau drone untuk mengetahui jumlah, kekuatan dan posisi lawan. Bahkan para prajurit tempur Rusia dan Ukraina di tingkat pleton dan regu kecil telah mengoperasikan drone untuk mengintai musuh di parit pertahanan. Drone FPV yang dimodif dengan peluncur granat atau bahan peledak telah menjadi momok yang menakutkan bagi unit kavaleri. Terbukti berbagai MBT dari kedua pihak babak belur disapa drone fpv kamikaze. Alutsista milyaran hangus oleh drone berharga 10 jutaan.
Ketiga, penggunaan Bunker dan Parit pertahanan masih relevan digunakan di era Modern Warfare. Bunker terkesan teknologi militer era Perang Dunia I, namun teknologi ini terbukti masih ampuh menahan gempuran artileri medan, bombardir pesawat Pengebom dan serangan rudal balistik. Bunker juga menjadi gudang penyimpanan logistik, amunisi, rumah sakit darurat dan pos komando. Parit pertahanan juga terbukti efektif digunakan oleh prajurit Ukraina dan Rusia di garis depan yang minim pertahanan. Tentu hal ini berbeda dengan pertempuran hutan.
Keempat, penggunaan media sosial sebagai sarana proxy war. Berbagai platform media sosial lebih cepat digunakan dan di sebarkan di era modern warfare. Baik Rusia atau Ukraina menggunakan prajurit divisi cyber untuk melakukan ini. Penggalangan opini publik, sabotase dan pencurian data serta pengiriman fake information lebih cepat tersebar keseluruh penjuru dunia. Hal ini lah yang patut kita pelajari.
Thanks infonya pak
BalasHapus