Never Stop Learn

Jumat, 12 Maret 2021

Wander Along the Street of Harmony, Penang

Jalan Masjid Kapitan Keling atau sebelumnya dikenal sebagai Jalan/Lebuh Pitt, merupakan representasi kebersamaan dan keharmonisan berbagai ras dan agama di Penang. Bagaimana tidak, di sepanjang jalan ini dapat dijumpai berbagai tempat peribadatan, mulai dari Gereja Anglikan St. George, Kuil Taoisme Goddess of Mercy, Kuil Hindu Sri Mahamariamman, serta Masjid Kapitan Keling. Semua tempat ibadah ini berdiri sejak abad ke-18 sehingga menjadikannya sebagai yang tertua di Penang. Dengan adanya beragam tempat ibadah, maka beragam pula penduduk yang bermukim, namun tetap hidup dalam kebersamaan dan keharmonisan, sehingga area ini disebut juga sebagai Street of Harmony.

Karena keterbatasan waktu dan kondisi di lapangan, kami berkunjung bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Cina sehingga beberapa ruas jalan ditutup dan mengakibatkan kemacetan di ruas jalan lain, maka kami hanya berkesempatan mengunjungi tiga dari empat tempat ibadah yang ada di sepanjang Street of Harmony.

        1. Goddess of Mercy Temple/Kuan Yin Temple/Kuil Dewi Kwan Im

    

     Merupakan kuil tertua di Penang, dibangun pada tahun 1728 oleh para imigran awal Tiongkok. Pembangunannya menghabiskan dana 4.000 dolar Spanyol, jumlah yang sangat besar pada masa itu, sehingga setelah selesai dibangun, kuil ini menjadi salah satu bangunan bergaya Tiongkok paling megah di Malaysia utara. Meski sekarang tampak usang dimakan usia, namun kemegahannya masih kental terasa. Nampak arsitektur klasik Tiongkok dengan ukiran naga di sekitar pilar batu, langit-langit tinggi, dan pahatan keramik naga yang menghiasi atap. Tak ketinggalan lentera berwarna merah yang menggantung di langit-langit ruang doa bagian dalam menambah indahnya patung Dewi Kwan Im berlengan delapan belas di bawahnya.

        2. Sri Mahamariamman Temple


Begitu menginjakkan kaki di depan kuil, tampak gopuram (gerbang masuk) bergaya Dravida India Selatan setinggi 23,5 kaki yang sangat mendominasi. Berbentuk menara empat tingkat dengan tiga puluh delapan patung prajurit penjaga, dewa dan dewi Hindu, dekorasi bunga, serta empat angsa. Di bagian atas terdapat lima kalasam kecil dan ratusan merpati yang menjadikan menara ini sebagai rumah mereka. Menara ini melambangkan Gunung Meru, gunung surgawi yang menahan langit dan alam para dewa yang bermula dari kompleks kuil.

Memasuki bagian dalam kuil, tanda larangan mengambil gambar dalam bentuk apapun terlihat di semua sudut, para petugas dan pendeta pun sangat ketat mengawasi para turis agar tidak melanggar aturan ini. Di dalam kuil terdapat Patung Dewa Subramaniam yang terletak tepat di bawah kubah setinggi sembilan meter, juga terdapat koleksi lebih dari empat puluh patung dewa dan singa, serta pada bagian langit-langitnya terukir lambang sembilan planet dan tanda zodiak.

Dibangun pada tahun 1833, pintu belakang Kuil Sri Mahamariamman terletak di Jalan Masjid Kapitan Keling, sedangkan pintu masuknya berada di Lebuh Queen dan Lebuh Chulia. Area ini juga merupakan distrik Little India yang padat dan dinamis di Georgetown. Berbagai macam etnis dapat dijumpai tengah duduk, bercakap, dan bersantap bersama dengan harmonis diselimuti aroma kari dan rempah yang menguar di awang-awang. Anda pun dapat dengan mudah menemukan berbagai toko pernak-pernik dan santapan khas India di sini.

    3.  Masjid Kapitan Keling


Masjid Kapitan Keling berlokasi di Lebuh Pitt, merupakan masjid terbesar dan tertua di Penang. Pertama kali dibangun oleh pasukan East India Company pada akhir abad ke-18. Seiring dengan berjalannya waktu, pemukim Muslim India makin bertambah dan diperlukan masjid yang lebih besar dan permanen. Cauder Mohuddeen, pemimpin mereka saat itu yang juga dikenal sebagai Kapitan Keling, mengajukan permohonan tanah hibah untuk memperluas masjid. Pada November 1801 diperoleh delapan belas hektar tanah hibah lalu pembangunan perluasan masjid pun dimulai.

Setelah meninggalnya Cauder Mohuddeen pada tahun 1834, tanah tak lagi diakui sebagai bagian dari hibah yang diberikan pada November 1801 sehingga dibangun jalan umum dan rumah di sekitar masjid. Area masjid pun perlahan-lahan berkurang menjadi hanya 8 hektar pada tahun 1903.

Masjid yang berdiri saat ini dibangun pada tahun 1916 menggantikan bangunan masjid lama. Terdapat menara berbentuk kubah di bagian depan masjid yang mencerminkan arsitektur Islam dengan pengaruh India.

Penulis : Zainnatul Alifah

   



Share:

6 comments:

Arsip Blog