Manusia tak luput dari kesalahan, baik vertikal maupun
horizontal. Vertikal berarti seorang hamba terhadap Tuhannya dan horizontal
berarti terhadap sesama manusia.
Manusia memang diciptakan dalam keadaan lemah. Tapi, ia
diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Sebagai manusia, Nabi Adam AS sempat tergoda oleh rayuan iblis untuk
mendekati buah khuldi yang dilarang Allah SWT.
Namun, karena Adam AS tidak terlena dengan kesenangan
sesaat, ia kembali pada fitrahnya. Adam bertobat kepada Allah SWT. Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda tentang tobat ini. "Setiap anak Adam adalah
bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang
mau bertobat." (HR Bukhari).
Salah satu jalan untuk memohon ampunan-Nya adalah istighfar.
Istighfar berasal dari istaghfara, yastaghfiru, dan kata dasarnya adalah
ghafara yang artinya 'tutup.'
Secara bahasa, istighfar adalah memohon perlindungan,
pertolongan, atau pengampunan (maghfirah) atas segala dosa yang dilakukan oleh
seorang hamba dengan upaya untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut sehingga
kembali kepada fitrah kemanusiaan. Hal ini dapat dilakukan, baik dengan
perkataan maupun perbuatan.
Dalam asmaul husna, kita menemukan kata Alghafur, Alghaffar,
dan Alghafir yang artinya Zat Yang Maha Menutup Dosa para hamba-Nya serta
mengampuni kesalahan-kesalahan dan dosa mereka.
Karena itu, Nabi SAW mengajarkan kita untuk beristighfar.
Bahkan, dalam banyak riwayat, Rasulullah SAW beristighfar minimal 70 kali dalam
sehari. Padahal, Nabi Muhammad adalah
maksum (yang dijamin suci dari dosa).
Pernah suatu hari, seorang ulama tabiin, Hasan Al Bashri,
didatangi banyak orang untuk meminta nasihat agama dan berbagai persoalan. Di
antara mereka, ada yang mengeluhkan sawah yang mengering. Kemudian, Hasan Al
Bashri menyuruhnya agar ia beristighfar. Ada juga yang mengeluhkan kemiskinan,
belum dikaruniai anak, ladangnya gagal panen, dan banyak persoalan lainnya.
Namun, Hasan Al Bashri lagi-lagi menyuruh mereka untuk beristighfar.
Hal ini tentu membuat seorang Ar-Robi' bin Shabih bertanya
kepada Hasan Al Bashri, "Mengapa setiap kali engkau ditanya tentang segala
persoalan, engkau menyuruh mereka untuk beristighfar?"
Hasan Al Bashri menjawab dengan tenang, "Sungguh,
jawabanku itu bukanlah berasal dariku. Sebenarnya, Allah SWT telah berfirman,
'Beristighfarlah (mohon ampun) kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu serta mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh:10-12).
Artikel ini diambil dari : https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/ps48qg458/keistimewaan-istighfar-memohon-ampun-kepada-allah
Penulis : Hasanul Rizqa