Minggu, 02 Desember 2018
Home »
KISAH INSPIRASI
» Kisah segelas kopi
Kisah segelas kopi
Mentari mulai menuju ke peraduannya, meninggalkan gurat merah dilangit angkasa. Hatiku begitu riang hari ini, setelah bekerja full selama seminggu akhirnya weekend kali ini bisa hang out. Setelah wira-wiri di Ibu kota seharian waktunya kembali pulang, hari sudah sore, Segera kupacu motor tua melintasi jalanan sepanjang cikini, salemba dan jati negara.Memasuki Taman Mini kupacu pelan motor, " sebentar lagi sampai" dalam hatiku. Tiba-tiba kulihat sosok yang begitu menarik. Yah bapak tua yang berjalan mendorong sepedanya, dirak belakang terlihat keranjang yang memuat beberapa kopi sachet, susu dan termos panas. Kebetulan nih, sedang ngantuk sejenak ngopi sebentar biar fresh. Saya menghentikan motor dipinggir jalan dekat kuburan, sembari menunggu bapak itu lewat.
" Pak kopinya masih ?" tanyaku pada Beliau.
"Masih mas"jawab bapak tua.
Dua menit kemudian kopi mocca sudah tersaji di gelas plastik. Sambil menunggu suhu kopi menurun kusempatkan bercerita dengan bapak tua.
"Tinggal dimana pak?"
"Saya tinggal di daerah bekasi mas"
" Mas tinggal dimana ?" lanjutnya.
" Saya di Cilangkap Pak". jawabku.
Kemudian kami asyik bercerita, salah satu yang menarik adalah bapak itu harus menjajakan kopinya berangkat dari rumahnya jam delapan pagi dan sampai dirumah jam delapan malam. Sepedanya terlalu kecil untuk ukuran bapak, sehingga beliau hanya menuntunnya untuk sekedar membawa perlengkapan dagangannya.
"Bapak tinggal sendiri dirumah?"tanyaku.
"Enggih mas betul, istri saya sampun dipundut gusti Allah, kantun kulo kiambak dirumah. Putri saya dua, sampun menikah sedanten dan ikut suami. Kulo diminta ikut namun saya belum mau, sejauh masih kuat mencari rezeki, saya pengen terus beraktivitas".
"Nggih pak". Segera kucium tangan beliau, dan berpamitan.
Allah telah menuliskan rezeki, jodoh dan kematian untuk tiap-tiap hambanya sejak ia masih didalam kandungan. Apakah kita pantas ragu dengan ketetapan Allah? Tak perlu risau dan gelisah, tetap berusaha dan berdoa. Jangan pernah malas, bapak yang sudah sepuh saja tetap bekerja mencari rezeki yang halal, keutungannya tentu hanya beberapa ribu, cukup untuk membeli makan. Walaupun sedikit kalau rezeki itu berkah tentu terasa cukup. Lalu mari berkaca apakah kita tega melakukan Korupsi di kantor, di instansi ataupun di perusahaan tempat kita bekerja ? Bertanyalah pada hati kecil kita, dan lihatlah keluar,,,masih banyak diluar sana rakyat kecil yang membanting tulang mencari rezeki. Stop korupsi. Pesan ustad sob, bawa iman kemanapun kamu pergi.
Untuk orang-orang seperti bapak tua dalam kisah diatas kita pantas menyebutnya Pahlawan. karena berani dan jujur dalam menafkahi diri dan keluarganya.
-Cipayung 01.12.2018-
good story
BalasHapusGood vibes
BalasHapus